Halaman

Sunan BONANG / WALI SONGO Dan Karomahnya

Sunan Ampel / Nama Nama WALI SONGO

Sunan Ampel Yang terkenal dari salah satu wali Songo yang dituakan. beliau penyebar agama Islam di Tanah Jawa dan Nusantara. ( Baca : Sejarah Masuknya Islam Ditanah Jawa ) bersama para wali songo lainya. ada beberapa perjalana dalam cerita sunan Ampel dari lahir sampai wafat. antara lain.


ASAL-USUL SUNAN AMPEL
Di Rusia Selatan ada sebuah daerah yang disebut Bukhara ? Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand di kenal sebagai daerah Islam yang menelorkan ulama’-ulama’ besar seperti sajana hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang mashursebagai pewaris hadist sahih.

Di Samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermahzab Syafi'i, beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Karena berasal dari Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat tambahan Samarqandi. Orang Jawa sangat sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berda'wah ke negara-negara Asia. Perintah ini dilaksanakan, dan beliau kemudian diambil menantu oleh raja Cempa, dijodohkan dengan putri raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan.
Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinannya denga Dewi Candrawulan maka Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putra yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali - Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperistri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian ke- duanya adalah keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putra bangsawan atau pangeran kerajaan. Para Pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahadian yang artinya Tuanku.dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat menjadi Raden.

Raja Majapahit sangat senang mendapat istri dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati. Sehingga istri-istri lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu contoh adalah istri yang bernama Dewi Kian, seorang putri Cina yang diberikan kepada AdipatiArio Damardi Palembang.

Ketika Dewi Kian di ceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat itu sedang hamil tiga bulan. Ario Damar tidak diperkenankan menggauli putri Cina itu sampai si jabang bayi terlahir ke dunia. Bayi dari rahim Dewi Kian itulah yang nantinya bernama Raden Hasan atau lebih terkenal dengan nama Raden Patah, salah seorang murid Sunan Ampel yang menjadi raja di Demak Bintoro.

Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara, dan para adipati banyak yang tak loyal lagi kepada keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabhumi.

Pajak dan upeti kerajaan tak banyak yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pora dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan semacam itu diteruskan negara akan menjadi lemah dan jika negara sudah kehilangan kekuatan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit Raya.

Ratu Dwarawati, yaitu istri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya.“Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti," kata ratu Dwarawati.
“Betulkah ?” tanya sang Prabu. “Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putra dari kanda Dewi Candrawulan di Negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.” 
"Tentu saja aku akan merasa senang bila Rama Prabu di Cempa bersedia mengirimkan Sayyid Ali Rahmatullah ke Majapahit ini. kata Raja Brawijaya.
SUNAN AMPEL KE TANAH JAWA.
Maka pada suatu hari diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit. Kedatangan utusan Majapahit disambutgembira oleh raja Cempa, dan raja Cempa tidak keberatan melepas cucunya ke Majapahit untuk meluaskan pengalaman.

Keberangkatan Sayyid Ali Rahmat ke Tanah Jawa tidak sendirian. la ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebutkan di atas, ayah Sayyid Ali Rahmat adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho.Diduga mereka tidak langsung ke Majapahit, melainkan mendarat di Tubah. Tetapi di Tuban, tepatnya di desa Gesikharjo, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakitdan meninggal dunia, beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berda’wah keliling ke daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Di sana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya berda’wah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik. Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.

Kapal layar yang ditumpanginya mendarat di Pelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut dengan suka cita oleh Prabu Kertabumi.Lebih- lebih lagi Ratu Dwarawati bibinya sendiri,wanita itu memeluknya erat- erat,seolah sedang memeluk Kakak perempuannya yang berada di istana Kerajaan Cempa. Wajah keponakannya itu memang mirip dengan kakak perempuannya.
“Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar mempunyai budi pekerti mulia ?" tanya sang Prabu setelah Sayyid Rahamatullah beristirahat melepas lelah. Dengan sikapnya yang sopan tutur kata halus Sayyid Ali Rahmatullah menjawab. “Dengan senang hati Gusti Prabu, saya akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.”

.“Bagus!” sahut sang Prabu. “Bila demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut bangunannya di Surabaya. Di sanalah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Majapahit agar berbudi pekerti mulia.”
“Terima saya haturkan Gusti Prabu,” jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan dalam literatur bahwa selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu putri Majapahit yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Sayyid Ali Rahmatullah adalah salah seorang Pangerah Majapahit, karena dia adalah menantu raja Majapahit.
Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil menantu Raja Brawijaya maka. .beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit atau salah seorang pangeran, para pangeran pada jaman dulu ditandai dengan nama depan Rahadian atau Raden yang berarti Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.

SUNAN AMPEL KE AMPELDENTA
Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut sebagai Ampeldenta.
Rombongan itu melalui desa Krian.Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilaku- kannya cukup unik. Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas- kipas itu dibagi-bagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarnya dengan kalimah syahadat.
Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah. mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas,akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.

Cara itu terus dilakukan hingga rombongan memasuki desa Kembangkuning. Pada saat itu wilayah desa Kembangkuning belum seluas sekarang ini. Di sana-sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa- rawa. Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Temapt sembahyang tersebut sekarang telah dirubah menjadi Masjid yang cukup besar dan bagus.dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Masjid Rahmat Kembangkuning.

Di tempat itu pula Raden Rahmat bertemu den berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu; Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.
Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu maka semakin muidah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama. Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri kepercayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Setelah sampai di tempattujuan.pertama kali yang dilakukannya adalah membangun Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah.ini meneladani apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama kali sampai di Madinah.
Dan karena beliau menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenat sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan, artinya Yang di Junjung Tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau Orang Yang Berilmu Tinggi.
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.

AJARANNYA YANG TERKENAL SUNAN AMPEL.
Hasil didikan beliau yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal tercela yaitu:
1.Moh Main atau tidak mau berjudi.
2.Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukkan.
3.Moh Maling atau tidak mau mencuri.
4.Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja dan Iain-lain.
5.Moh Madon atau tidak mau berzina/main perempuan yang bukan istrinya.
Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak menjadi marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. la ingin menjadi Raja Budha yang terakhir di Majapahit.
Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan diseluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmatpun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

SUNAN AMPEL SESEPUH WALISONGO
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Walisongo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putra Sunan Ampel sendiri juga menjadi anggota Walisongo, mereka adalah ; Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati. 

Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Walisongo menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak Majapahit.

Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut daiam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung.karena kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam,tak usah diserang oleh Demak Bintoro pun sebenamya Majapahit akan segera runtuh. Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam memberikan nasehat kepada Raden Patah.
“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?" tanya Raden Patah yang terhitung menantunya sendiri. “Karena aku tidak ingin di kemudian hari ada orang menuduh Raja Demak Bintoro yang masih putra Raja Majapahit Prabu Kertabumi telah berlaku durhaka,yaitu berani menyerang ayahandanya sendiri.”jawab Sunan Ampel dengan tenang.
“Lalu apa yang harus saya lakukan ?”
“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan/’ujar Sunan Ampel." Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari daiam.Diserang adipati lain. Pada saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putra Prabu Kertabumi.”
“Majapahat diserang adipati lain ? Apakah saya tidak berkewajiban membelanya ?”
"Inilah ketentuan Tuhan,”sahut Sunan Ampel." Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu persis kapankah peristiwa itu akan berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu.” Sunan Ampel adalah Penasehat Politik Demak Bintoro. Sekaligus merangkap Pemimpin Walisongo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwanya dipatuhi semua orang.

Kekuatiran Sunan Ampel tersebut memang terbukti. Di kemudian hari ternyata ada orang-orang pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah,mereka menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh Kerajaan Demak Bintoro yang Rajanya adalah putra Raja Majapahit sendiri. Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai Anak Durhaka. Ini dapat anda lihat di dalam Serat Darmo Gandul maupun sejarah yang ditulis Sarjana Kristen pembenci Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel wafat pada tahun 1478. Sunan Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak. Sunan Giri diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpin agama Se-Tanah Jawa. Sesepuh yang selalu dimintai pertimbangannya. Setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap Majapahit sekarang berubah. la menyetujui usul Aliran Tuban untuk memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.
Mengapa Sunan Giri bersikap demikian ?
Karena pada tahun 1478 Kerajaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau Girindrawardhana dari Kadipaten Kediri atau Keling. Dengan demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri menyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putra Raja Majapahit yang terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan dilancarkan, Prabu Rana Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didu- kung Giri Kedaton semakin kuat dan mapan. Prabu Udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka. Padahal Putra Mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun 1511 telah menyerang Portugis di Makala.

Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka untuk menemui Alfonso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta (gamelan), sepotong kain panjang bernama ‘ Beirami ‘ tenunan Kambayat,13 batang lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya.Maka tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta Majapahit secara tidak sah. Dengan demikian jatuhlah Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit tentu bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat daripada bangsa Belanda.Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk Mahkota Rajanya. Raden Patah diangkat sebagai Raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu di antara empat tiang utama masjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.
Beliau pula yang pertama kali menciptakan Huruf Pegon atau Tulisan Arab berbunyi Bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan peiajaran agama Islam di kalangan Pesantren.

PENYELAMAT AQIDAH
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sangat hati-hati, hal ini didukung oleh Sunan Giri dan Sunan Drajad. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para Wali di masjid Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanyalah Sunan Ampel. "Apakah tidak mengkwatirkan di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?"

Dalam musyawarah itu Sunan Kudus menjawab pertanyaan Sunan Ampel, “Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama Tauhid maka kita akan memberinya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas- jelas menjurus kearah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekuatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari akan ada orang yang menyempumakannya.”

Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersebut sebenarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agama Islam cepat diterima oleh orang Jawa, dan ini terbukti. -dikarenakan dua Wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolelir Islam maka penduduk Jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam lebih dahulu dan sedikit-demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian akan kebersihan tauhid dalam iman mereka.

Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekwen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat ummat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah ummat agar tidak tergelincir ke lembah musyrik.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah baratMasjid Ampel.

Sunan Kudus / Sunan Jaffar Shodiq / WALI SONGO

Sunan kudus Sunan Kudus adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung dalam walisongo, yang lahir pada 9 September 1400M/ 808 Hijriah. Kisah Sunan Kudus sebagai wali songo, Nama kecilnya sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.
 
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.